Rabu, 24 Juni 2009

PEPERANGAN ISLAM

Peperangan (1)

Ekspedisi Muktah (8 H/630 M)

Rasulullah saw mengirim surat kepada Syurahbil, kepala suku Bani
Ghassan, berisi ajakan untuk memeluk agama Islam. Surat Rasulullah
saw tersebut ditanggapi dengan penghinaan, bahkan ia membunuh Haris
bin Umair, delegasi Rasulullah saw yang menyampaikan surat tersebut.
Kejadian ini mendorong Rasulullah saw untuk menyiapkan sebuah
pasukan untuk membalas agresi tersebut. Mendengar hal itu, Bani
Ghassan segera meminta bantuan kepada tentara Romawi. Dalam
pertempuran tersebut kaum muslimin di bawah pimpinan Zaid bin
Haritsah, bertemu dengan tentara Romawi yang datang untuk membantu
Syurahbil, kepala suku Bani Ghassan. Dalam pertempuran tersebut
berturut-turut tiga panglima pasukan muslimin mati syahid
masing-masing Zaid bin Haritsah, Jakfar bin Abu Thalib dan Abdullah
bin Rawahah. Setelah pimpinan beralih ke tangan Khalid bin Walid,
dia mengambil siasat untuk mundur.

Pembebasan Yerusalem (583 H/1187 M)

Seusai perang Hittin, Shalahuddin Ayubi mengepung kota Yerusalem
(Baitulmakdis). Setelah lima hari dikepung, akhirnya Yerusalem dapat
dibebaskan, beliau memasuki kota Yerusalem dan mengusir orang-orang
Salib dari sama tanpa melakukan tindak kekerasan, berbeda dengan
tindakan yang mereka lakukan ketika menguasai Yerusalem pada perang
Salib I.

Penaklukan Afrikia/Tunisia (50 H/670 M)

Setelah berhasil memerangi para perampok di Sudan, Uqbah bin Nafi
melanjutkan tugasnya ke Afrikia (Tunisia sekarang) dengan membawa
pasukan berjumlah 10.000 prajurit. Pasukan tersebut memasuki Tunisia
sampai di lembah Qairawan tanpa mendapat perlawanan. Di tempat
terakhir ini, beliau membangun kota Qairawan.

Penaklukan Aljazair (58 H/678 M)

Dinar Abul Muhajir, Emir Afrikia (Tunisia sekarang) berangkat
menyerang kabilah Urbah yang dipimpin oleh Kasilah. Kabilah inilah
yang menantang pasukan Islam dengan dukungan semangat dari pasukan
Bizantium. Pasukan muslimin menyerbu mereka sampai ke pusat-pusat
pemerintahan mereka di Maroko Tengah. Kasilah terpaksa meminta
mengadakan perjanjian dan ia sendiri masuk Islam. Abul Muhajir
kemudian melangkah maju dan berhasil menguasai daerah Tilmisan serta
meruntuhkan aliansi Barbar-Bizantium.

Penaklukan Bukhara (89 H/709 M)

Qutaibah bin Muslim adalah seorang gubernur di Khurasan. Dari sana
ia menyiapkan pasukan untuk menyerang kawasan Trans Oceania,
kemudian terjadi pertempuran di kawasan tersebut. Dalam pertempuran
yang sengit itu, ia berhasil menaklukan beberapa kota, seperti
Khawarazem, Sijistan, Bukhara dan Samarkand. Kemudian ia memerangi
kelompok-kelompok kecil Cina dan mewajibkan mereka membayar jizyah
(upeti) hingga semua kawasan Trans Oceania tunduk dalam kekuasaan
Islam.

Penaklukan Kaisaria (104 H/723 M)

Kota Kaisaria ditaklukan oleh Usman bin Hayyan Al Mari ketika
terjadi perang dengan tentara Romawi pada masa pemerintahan Yazid
bin Abdul Malik.

Penaklukan Kaisaria (19 H/640 M)

Setelah Kaisaria dikepung selama enam bulan, akhirnya Muawiyah
berhasil menaklukan negeri tersebut.

Penaklukan Kawasan Trans Oceania (54 H/673 M)

Ubaidillah bin Ziad, Amir Irak dan kawasan Timur berhasil
menyeberangi sungai Jihun (Oxus) sampai ke daerah Bukhara dan
berhasil menaklukan Ramisytah dan Bekind. Beliau inilah orang Arab
Muslim pertama menyeberangi sungai tersebut. Pada tahun 87 H kawasan
Trans Oceania berhasil ditaklukan oleh Qutaibah bin Muslim pada masa
pemerintahan khalifah Walid bin Abdul Malik. Misi penaklukan ke
kawasan Trans Oceania terus meluas sampai ke delta sungai Jihun
(Oxus). Kemudian Maslamah bin Abdul Malik memimpin pasukan menuju
Azerbaijan dan berhasil menaklukannya. Penaklukan ini adalah batu
loncatan untuk penyebaran Islam di negeri tersebut dan membuka jalur
perdagangan dengan Cina.

Penaklukan Khurasan (29 H/649 M)

Pasukan kaum muslimin di bawah pimpinan Ahnaf bin Qais berhasil
menaklukan daerah Khurasan setelah berhasil memukul tentara Persia
dan mengusir raja Yezdigird III.

Penaklukan Konstantinopel (857 H/1453 M)

Pada tanggal 29 Mei 1453 kota Konstantinopel, ibu kota Bizantium
berhasil ditundukkan oleh Muhammad II, sultan Usmani yang terkenal
dengan nama Muhammad Al Fatih.

Penaklukan Kota Alexandria (21 H/641 M)

Dalam rangka implementasi perjanjian Babilonia, kaum muslimin
memasuki kota Alexandria, sedangkan tentara Romawi harus angkat kaki
dari kota tersebut. Dengan demikian maka kaum muslimin telah dapat
memerintah semua daerah Mesir.

Penaklukan Kota Mekah (8 H/630 M)

Setelah kaum Quraisy membatalkan secara sepihak perjanjian mereka
dengan Rasulullah saw, beliau menyiapkan pasukan yang terdiri dari
10.000 orang tentara untuk menaklukan kota Mekah. Kota Mekahpun
akhirnya dapat ditaklukan tanpa terjadi pertumpahan darah dan
Rasulullah saw memberikan amnesti kepada penduduknya, melakukan
tawaf dan menghancurkan semua berhala yang terdapat di sekitar Kakbah

Penaklukan Libia (23 H/644 M)

Amru bin Ash berhasil menguasai kawasan pantai Libia seperti Barca,
Tripoli dan lain-lain. Sedangkan pasukan Uqbah bin Nafi` menuju ke
selatan, ke kawasan lembah dan gurun dan berhasil menaklukan kota
Fazzan dan Zuwailah.

Penaklukan Rodes (193 H/809 M)

Penaklukan ini dilakukan oleh Humaid bin Makyuf, Gubernur pantai
Syam (Suriah dan sekitarnya) dan Mesir. Beliau berangkat memimpin
sebuah armada laut Islam di laut Tengah, menyerbu pulau Siprus
sebagai balasan atas tindakan mereka melanggar perjanjian damai yang
telah ditandatangani kedua belah pihak. Setelah itu ia menyerbu
pulau Crete dan pulau Rodes.

Penaklukan Samarkand (93 H/712 M)

Sejalan dengan rencana penaklukan yang bertujuan mengintegrasikan
semua kawasan Trans Oceania ke dalam pemerintahan Islam, Qutaibah
bin Muslim bergerak maju ke arah Khawarazem untuk menaklukannya. Di
sana beliau mengadakan perjanjian dengan Raja Khawarazem, kemudian
meneruskan tugasnya ke negeri Shagt dan berhasil menundukkan
Samarkand serta mengadakan perjanjian dengan penduduknya.

Penaklukan Sind (82 H/708 M)

Hajjaj As Tsaqafi, gubernur Irak mengirimkan sebuah ekspedisi
militer di bawah pimpinan Muhammad bin Qasim Tsaqafi, iparnya untuk
menaklukan wilayah Sind dengan memberikan bala bantuan sebanyak
6.000 orang prajurit dari Syam (Suriah dan sekitarnya) di samping
pasukannya sendiri. Mereka berangkat ke Makran dan berhasil
menaklukan wilayah Makran dan sekitarnya. Beliau menghadapi pasukan
Dahiran, Raja Sind, akhirnya raja itu terbunuh. Pasukannya terus
dikerahkan ke pedalaman Sind hingga beliau berhasil menguasai dan
menata negeri tersebut.

Perang (perjanjian) Hudaibiyah (6 H/628 M)

Ketika kaum Quraisy melarang rombongan Rasulullah saw beserta
rombongan yang terdiri dari sekitar 1400 orang memasuki kota Mekah
untuk melakukan umrah, beliau berhenti di Hudaibiyah dan mengutus
Usman bin Affan untuk berunding dengan Quraisy. Ketika Usman
terlambat kembali kepada rombongan, kaum muslimin memperkirakan
bahwa Quraisy telah membunuh delegasi Rasulullah tersebut, maka
Rasulullah saw bersiap-siap untuk menyerang Quraisy. Di saat itu
seluruh kaum muslimin berbaiat untuk berperang sampai mati. Tidak
lama kemudian Usman kembali, setelah itu terjadilah penandatanganan
perjanjian dengan kaum Quraisy.

Perang Abwa (2 H/624 M)

Perang ini dianggap perang pertama yang diikuti Rasulullah saw. pada
masa Islam. Jihad diwajibkan karena dua hal. Pertama, untuk
mempertahankan jiwa, kehormatan, harta dan negara. Kedua, untuk
mempertahankan dakwah Islam (seruan kepada agama Allah), jika ada
yang menghalangi jalan dakwah dengan menyiksa orang yang beriman
atau menghalangi seseorang yang ingin memeluk agama Islam atau
melarang juru dakwah menyampaikan ajaran Islam. Allah berfirman,
“Perangilah orang-orang yang memerangi kamu karena Allah, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al Baqarah: 190). Jihad
diwajibkan pada tahun kedua Hijriah, setelah kaum Quraisy
meningkatkan agresinya kepada kaum muslimin dan menghalang-halangi
dakwah. Allah menurunkan ayat kewajiban berjihad, “Telah diizinkan
(berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya
mereka telah dianiaya. Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa
menolong mereka.” (Al Hajj: 39). Pada tahun itu Rasulullah saw.
meninggalkan kota Madinah bersama para sahabat setelah mempercayakan
urusan kota Madinah kepada Sa`ad bin Ubadah. Setibanya di Wadan atau
Abwa Rasulullah saw mencari kaum Quraisy dan Bani Dhamrah, setelah
beliau membuat perjanjian dengan Bani Dhamrah, beliau kembali ke
Madinah.

Perang Ain Jalut (805 H/1402 M)

Segera setelah mendengar berita bahwa Mongol akan menyerang Mesir,
Sultan Quthuz langsung menyiapkan pasukan yang terdiri dari Mamalik
di bawah pimpinan Bebaris Bindiqdari. Kedua pasukan bertemu di suatu
tempat yang bernama Ain Jalut dekat Napiles, Syam. Pasukan Mongol
yang dipimpin oleh Katbaga mengalami kekalahan pahit, sedangkan kaum
muslimin berhasil mematahkan serangan Mongol.

Perang Ajnadin (13 H/634 M)

Di bawah komando Khalid bin Walid, pasukan muslimin bertemu dan
bertempur melawan pasukan Romawi yang dipimpin oleh Arthabun. Dalam
pertempuran yang sengit itu, pasukan muslimin berhasil mengalahkan
pasukan Romawi.

Peperangan (2)

Perang Amoria (233 H/838 M)

Setelah Teofel, kaisar Romawi menyerbu beberapa kota Islam yang
berbatasan dengan emperium tersebut dan terjadi berbagai kerusakan
di sana, khalifah Muktashim mengerahkan sebuah pasukan besar untuk
menyerang tentara Bizantium. Kedua pasukan tersebut bertemu di
Ankara, di mana pasukan Muktashim berhasil mematahkan serangan
Teofel dan mereka mengalami kerugian materi yang besar. Beliau
meneruskan penyerangan ke kota Amoria, tempat kelahiran kaisar
Bizantium tersebut. Muktashim melangkah maju ke ibu kota Amoria
bersama panglima Afsyen, mereka berhasil menaklukan Ankara.

Perang Ankara (805 H/1402 M)

Sejak awal abad kesembilan Hijrah, telah terjadi perselisihan antara
sultan Dinasti Mongol dengan sultan-sultan Dinasti Usmani.
Perselisihan ini mendorong Timur Lank memimpin sebuah pasukan untuk
menantang Beyazid II, sultan Usmani. Kemudian pertempuran berkobar
di Ankara yang berakhir dengan kekalahan Beyazid II, sultan Usmani
dan iapun tertawan, kemudian ditandatanganilah perjanjian antara
kedua belah pihak.

Perang Arak (647 H/1250 M)

Setelah pendeta Anusint III membangkitkan semangat orang-orang
Kristen untuk melawan kaum muslimin Andalusia, Yakub bin Abdul
Mukmin dari Daulat Muwahhidi yang memerintah Maroko berhadapan
dengan Alfonso VIII, raja Castilian pada suatu pertempuran sengit di
suatu tempat yang dikenal dengan Arak. Pertempuran itu berakhir
dengan kekalahan pahit tentara Salib dan kaum muslimin menduduki
kembali tempat itu setelah dikuasai pasukan Salib selama 40 tahun.

Perang Badar (2 H/624 M)

Pada tahun kedua Hijriah, Rasulullah saw menyuruh para sahabat untuk
menghadang rombongan dagang Quraisy yang akan melewati pinggiran
kota Madinah. Hal ini dilakukan karena kekejaman Quraisy terhadap
kaum muslimin. Setelah mengetahui rencana kaum Muslimin ini, kaum
Quraisy menyiapkan 1000 serdadu, kemudian berangkat dari Mekah
menuju utara ke kota Madinah untuk menghadang kaum muslimin di
Badar. Meskipun tentara Quraisy berjumlah tiga kali lipat dari
jumlah tentara muslimin tetapi kaum muslimin berhasil meraih
kemenangan yang gemilang atas kaum Quraisy.

Perang Balat Syuhada (Tours) (114 H/732 M)

Pasukan muslimin melangkah maju ke arah Selatan Prancis, melintasi
gunung Pyrenees dan berhasil menduduki kota Bordeaux. Di saat itu
berkecamuklah perang Balat Syuhada antara pasukan muslimin yang
dipimpin oleh Abdur Rahman Ghafiqi dengan tentara Salib yang
dipimpin oleh Karel Martel di dekat kota Poitiers. Dalam perang
tersebut, pasukan Martel meraih kemenangan dan Abdur Rahman Ghafiqi
gugur di medan tempur. Pasukan muslimin mulai terdesak sampai ke
gunung Pyrenees, yang merupakan batas akhir ekspedisi Islam ke Eropa.

Perang Bani Quraizhah (5 H/627 M)

Akibat pelanggaran kaum Yahudi Bani Quraizhah terhadap perjanjian
yang telah disepakati antara mereka dengan Nabi saw, di mana mereka
mengadakan integrasi dengan pasukan sekutu Quraisy, Rasulullah saw
mengerahkan pasukan kaum muslimin untuk menyerang mereka. Setelah
mereka terkepung, akhirnya mereka menyerah dan mereka mempercayakan
kepada Saad bin Muaz untuk memutuskan hukuman yang akan diberikan
kepada mereka. Sa`ad bin Muaz memutuskan hukuman bunuh terhadap kaum
lelaki dan tawanan untuk kaum wanita serta anak-anak mereka.

Perang Bir Kahinah (82 H/702 M)

Setelah kemenangan Hassan bin Nukman pada perang di lembah Adzara
dan memaksa Kahinah mengungsi ke gunung Aures, Hassan terus
mengejarnya sehingga terjadilah pertempuran sengit di sebuah tempat
bernama Bir Kahinah (sumur Kahinah). Dalam pertempuran itu Hassan
meraih kemenangan yang gemilang dan Kahinah berhasil dibunuh.

Perang Daumatul Jandal (5 H/627 M)

Sesampainya berita bahwa di Daumatul Jandal terdapat sebuah
komplotan besar yang terus-menerus melaksanakan teror terhadap orang
yang melewati tempat itu, Rasulullah saw bersama 1000 orang sahabat
berangkat untuk menjumpai mereka. Setibanya Rasulullah saw dan
rombongan, gerombolan tersebut berpencar-pencar dan beliaupun
kembali ke kota Madinah.

Perang Heliopolis (20 H/641 M)

Dalam peperangan ini kaum muslimin meraih kemenangan di bawah
pimpinan Amru bin Ash dan pasukan Romawi yang terkepung di benteng
Babilon-Mesir akhirnya terpaksa menyerah. Kairus Muqauqis, penguasa
Bizantium di Mesir terpaksa menandatangani perjanjian Babilonia
untuk menghentikan pertempuran.

Perang Hittin (583 H/1187 M)

Dalam perang ini kaum muslimin berhasil mendapatkan kemenangan
gemilang atas pasukan Salib. Setelah menguasai Thabriah, dekat
kampung Hittin di Acre, Shalahuddin Ayubi mengepung tentara Salib
semalam dan pada siang harinya menghujani mereka dengan peluru.
Tentara Salib akhirnya terpaksa menerima kekalahan pahit dan Arnat
serta raja Baitulmakdis berhasil ditawan.

Perang Hunain (8 H/630 M)

Di bawah pimpinan Rasulullah saw, pasukan muslimin berhadapan dengan
kaum Hawazin yang dipimpin oleh Malik bin Auf di lembah Hunain. Pada
awal pertempuran, kaum muslimin hampir mengalami kekalahan tetapi
berkat keteguhan Rasulullah saw dan para sahabatnya, akhirnya
pasukan muslimin dapat meraih kemenangan gemilang.

Perang Jamal (36 H/656 M)

Ketika Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awam dan Aisyah ra. enggan
membaiat Ali bin Abu Thalib menjadi khalifah, mereka pindah ke kota
Basrah, tempat pendukung mereka berdomisili, sementara Ali bin Abu
Thalib mengerahkan pendukungnya di Kufah berangkat ke Basrah.
Terjadi perang Jamal, di mana pasukan Ali bin Abu Thalib berhasil
mengalahkan penentangnya. Dalam prang itu Thalhah dan Zubair
terbunuh, sementara Aisyah dipulangkan secara terhormat ke kota
Mekah.

Perang Khaibar (8 H/630 M)

Rasulullah saw bersama sahabat-sahabat berangkat untuk menyerang
kaum Yahudi Khaibar, karena tindakan mereka menghasut badui Arab
untuk membangkang terhadap kaum muslimin. Kaum muslimin berhasil
menaklukan Khaibar dan mengadakan perjanjian dengan penduduk
setempat. Dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa penduduk
Khaibar berhak tinggal di atas tanah-tanah mereka dengan syarat
mereka harus membayar upeti (jizyah) kepada kaum muslimin.

Perang Khandak (5 H/627 M)

Kaum Quraisy bersama sekutu-sekutu dan kabilah-kabilah lainnya di
Jazirah Arab bergabung untuk memerangi kaum muslimin. Setibanya di
kota Madinah, kaum Yahudi Bani Quraizhah ikut integrasi dengan
pasukan sekutu ini. Tidak ada seorangpun dari mereka yang berhasil
menerobos masuk ke kota Madinah, berkat adanya hambatan parit
(khandak) yang digali kaum muslimin sebelumnya.

Perang Lembah Adzara (Lembah Virginia) (80 H/699 M)

Setelah kekalahan Kahinah, pemimpin salah satu kabilah Barbar dalam
perang I di Gabes dan didesak mundur sampai ke Barca pada tahun 75
H, Hassan bin Nukman kembali lagi membawa pasukan besar setelah
mendapat bala bantuan dari pemerintahan pusat, khalifah Abdul Malik
bin Marwan. Kedua pasukan itu bertemu kembali di dekat Gabes.
Pertempuran itu dimenangkan oleh Hassan dan Kahinah terpaksa
melarikan diri ke gunung Aures.

Perang Lembah Bakkah (92 H/711 M)

Sesuai dengan rencana penaklukan Andalusia, Musa bin Nushair
menyiapkan sebuah pasukan dengan jumlah 12.000 prajurit yang terdiri
dari suku Arab dan Barbar, di bawah pimpinan Thariq bin Ziad. Di
suatu tempat yang disebut dengan lembah Bakkah, pasukan muslimin
berhadapan dengan tentara Visigoth yang dipimpin oleh raja Roderick.
Pertempuran yang berlangsung selama delapan hari itu berakhir dengan
kekalahan Roderick dan pasukannya porak-poranda.

Perang Manshurah (647 H/1250 M)

Dalam pertempuran ini, tentara Mesir di bawah pimpinan Turan Syah
dapat mengalahkan pasukan Salib VII di Manshurah dan berhasil
menawan raja Louis IX, raja dari Prancis yang sekaligus pimpinan
pasukan Salib yang dipenjarakan di tempat kediaman Ibnu Lukman.

Perang Manzikert (464 H/1071 M)

Setelah sultan Alfa Arselan, penguasa Saljuk, mendengar berita bahwa
kaisar Romanus Diagenes IV dari Bizantium telah menyiapkan sebuah
pasukan besar untuk menyerbu Azerbaijan dan kota-kota Islam di Asia,
sultan Alfa Arselan mencegat pasukan itu di dekat danau Van. Beliau
berhasil mengalahkan tentara Bizantium dan menyandera kaisar Romanus
Diegenes IV setelah pasukannya dicerai beraikan.

Perang Marj Dabiq (922 H/1516 M)

Setelah hubungan antara Daulat Usmani dan Daulat Mamalik memburuk,
Salim I, sultan Usmani, membawa sebuah pasukan lewat Mesir dan Syam
untuk meruntuhkan Daulat Mamalik. Pasukan ini bertemu dengan pasukan
Mamalik di bawah pimpinan Sultan Qansauh Al Ghuri di Marj Dabiq,
Syam. Kemenangan pasukan Usmani pada peperangan ini adalah merupakan
pertanda mulainya penaklukan Usmani ke belahan Timur Arab, di mana
setelah kemenangan itu Daulat Usmani berhasil menguasai Homs, Hama
dan Damaskus.

Perang Nahar (Sardinia) (200 H/815 M)

Di bawah pimpinan Hakam bin Hisyam, pasukan muslimin meraih
kemenangan melawan tentara Salib di pulau Sardinia. Kemenangan ini
diraih setelah armada laut Islam berhasil menundukkan kepulauan
Belyard di laut Tengah

Peperangan (3)

Perang Nahawand (21 H/642 M)

Di bawah pimpinan Huzaifah bin Yaman, kaum muslimin meraih
kemenangan atas tentara Persia dan dapat menaklukan benteng
Nahawand. Peperangan ini dikenal dengan “Fathul futuh” (Penaklukan
terbesar). Dengan kemenangan ini berarti kaum muslimin telah
meruntuhkan Dinasti Sasania yang telah berkuasa di Persia selama
empat abad lamanya.

Perang Nahrawan (38 H/658 M)

Ketika Ali bin Abu Thalib menjadi khalifah, kaum Khawarij
mengumumkan penolakan baiatnya. Pasukan Ali dan kaum Khawarij
bertemu di kota Nahrawan dan terjadilah pertempuran sengit, yang
berhasil dimenangkan pihak Ali dan berakhirlah kegiatan kaum
Khawarij setelah pemimpinnya, Abdullah Rasy terbunuh.

Perang Qadisiyah (14 H/635 M)

Di bawah pimpinan Saad bin Abu Waqqash, pasukan muslimin berhadapan
dengan pasukan Persia. Pertempuran terjadi dengan sengit selama tiga
hari dan berakhir dengan kemenangan kaum muslimin. Dalam pertempuran
itu, Rustum, komandan pasukan Persia mati terbunuh.

Perang Raidania (930 H/1517 M)

Setelah berhasil menguasai Syam (Suriah dan sekitarnya) dari
kekuasaan Mamalik, Sultan Salim I berangkat menuju Mesir, di suatu
tempat yang bernama Raidania, terjadi perlawanan sengit dari pasukan
Mamalik di bawah pimpinan Tuman Bey. Akan tetapi perlawanan tersebut
dapat dipatahkan. Dengan demikian, maka Daulat Mamalik runtuh.

Perang Riddah (penumpasan kaum murtad) (11 H/632 M)

Abu Bakar mengirim sebuah ekspedisi untuk menumpas orang-orang
murtad dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Peperangan
terjadi dengan sengit dan berakhir dengan kemusnahan gerakan murtad
tersebut dan kembalinya mereka menganut Islam.

Perang Sawaqi (94 H/713 M)

Musa bin Nushair melangkah maju membawa pasukan berjumlah 18.000
prajurit dan berhasil menaklukan kota-kota yang terletak di sebelah
Barat Andalusia, seperti Syadzunah dan Seville. Pasukan ini
bergabung dengan pasukan Thariq bin Ziad dan mereka berhadapan
dengan pasukan Roderick dalam suatu pertempuran sengit yang dikenal
dengan perang Sawaqi. Peperangan ini berakhir dengan terbunuhnya
Roderick, daerah Toledo dapat dikuasai dan kekuatan Visigoth dapat
dihancurkan.

Perang Sawiq (Zulhijah tahun 2 H)

Sesampainya berita kepada Nabi saw bahwa Abu Sofyan telah menyiapkan
pasukan untuk memerangi kaum muslimin, sebagai balas dendam atas
kekalahan mereka pada perang Badar, Nabi saw bersama para sahabat
berangkat keluar kota Madinah untuk menghadang mereka. Namun ketika
rombongan Rasulullah saw tiba di Qarqaratul Kider, diketahui bahwa
Abu Sofyan dan pasukannya telah kembali ke Mekah dengan meninggalkan
barang-barang bawaan berupa bahan pangan untuk meringankan beban
mereka dalam perjalanan agar selamat.

Perang Shiffin (37 H/657 M)

Berkali-kali Muawiyah bin Abu Sofyan enggan membaiat Ali bin Abu
Thalib menjadi khalifah, maka Ali dengan pasukannya berangkat menuju
Suriah, sedangkan di waktu yang sama Muawiyah berangkat menuju
Kufah. Kedua pasukan tersebut bertemu di Shiffin, sebelah Barat
sungai Efrat. Tentara Ali sudah hampir memenangkan peperangan,
sehingga Muawiyah terpaksa mengadakan muslihat mengajak diadakan
peradilan arbitrase.

Perang Tabuk (9 H/630 M)

Rasulullah saw menyiapkan sebuah pasukan besar dan berangkat ke arah
Muktah untuk membalas derita yang menimpa kaum muslimin di sana.
Ketika pasukan besar itu sampai di kota Tabuk, mereka membuat kemah
dan berdiam di sana. Setelah pasukan Romawi mengetahui kedatangan
pasukan Islam tersebut, mereka merasa cemas, semua pasukan mereka
masuk ke dalam benteng-benteng yang ada di sekitar kota itu.
Rasulullah saw merasa bahwa kecemasan yang menimpa pasukan Romawi
tersebut sudah cukup, beliaupun membuat perjanjian-perjanjian dengan
warga kota-kota yang terdapat di perbatasan, yang berisikan bahwa
mereka diperbolehkan tinggal di tanah-tanah mereka, bebas
menjalankan ibadah agama mereka dengan syarat pembayaran upeti
(jizyah).

Perang Uhud (3 H/625 M)

Tentara Quraisy dan sekutu-sekutunya berangkat meninggalkan kota
Mekah untuk memerangi kaum muslimin sebagai balas dendam atas
pahlawan-pahlawan mereka yang tewas dalam perang Badar. Kedua
pasukan akhirnya bertemu di lereng gunung Uhud. Pada awal
pertempuran kaum muslimin berhasil memenangkan peperangan tetapi
ketika sebagian pasukan muslimin melanggar perintah Rasulullah saw
dan meninggalkan pos-pos pertahanan mereka, mengakibatkan adanya
lowongan-lowongan yang dapat dijadikan pasukan Quraisy sebagai jalan
untuk menyerang tentara muslimin.

Perang Yarmuk (15 H/636 M)

Sebuah pasukan kaum muslimin di bawah pimpinan Khalid bin Walid
berhadapan dengan pasukan Romawi di Yarmuk. Pertempuran tersebut
berakhir dengan kemenangan pasukan muslimin, membuat kaisar
Heraclius meninggalkan daerah Syam (Suriah dan sekitarnya) dan
menyerahkannya ke tangan kaum muslimin.

Perang Zab Raya (132 H/747 M)

Peperangan ini terjadi antara Abdullah bin Ali dari Daulat Abasiah
dengan Marwan bin Muhammad, khalifah Daulat Umawiah di Zab, sebuah
tempat yang terletak antara kota Musol dan Irbil. Peperangan ini
berakhir dengan kekalahan pasukan Marwan bin Muhammad, sehingga dia
lari ke Mesir, kemudian terbunuh di kota Bushair. Beliau inilah
khalifah terakhir dari Daulat Umawiah di Syam (Suriah dan
sekitarnya).

Perang Zallaqah (479 H/1086 M)

Untuk menahan pasukan Gerakan Kristenisasi yang datang dari kota
Toledo, emir Yusuf bin Tasyfin memimpin sebuah pasukan besar
menyeberangi laut Tengah menuju Andalusia. Di sana beliau berhadapan
dengan pasukan Gerakan Kristenisasi yang dipimpin oleh Alfonso VI.
Pertempuran sengit yang terjadi di suatu tempat yang dikenal dengan
Zallaqah, dekat kota Batlius. Dalam pertempuran itu ikut partisipasi
sekitar 13 orang raja Andalusia yang berakhir dengan kemenangan di
pihak kaum muslimin.

Perang Zatur Riqa` (4 H/625 M)

Rasulullah saw mengerahkan pasukan untuk memerangi kabilah Ghathfan
dan Bani Salim, sebagai pembalasan terhadap pengkhianatan mereka
terhadap delegasi Rasulullah saw yang dikirim ke daerah Najed guna
mengajari mereka ajaran-ajaran Islam, di mana mereka membunuh
sebagian besar delegasi Rasulullah saw tersebut. Dalam perang ini
tidak sempat terjadi bentrokan senjata antara Rasulullah saw dengan
mereka.

Perang Zatus Salasil (12 H/633 M)

Sebuah ekspedisi muslimin di bawah pimpinan Khalid bin Walid
berangkat menuju Iraq. Di Kazhimah mereka berhadapan dengan pasukan
Persia di bawah pimpinan Hurmuz. Pada pertempuran ini pasukan
muslimin berhasil meraih kemenangan.

Perang Zatus Shawari (34 H/655 M)

Armada perang kaum muslimin di bawah pimpinan Saad bin Abu Sarah
berhasil menaklukan armada perang Romawi yang dipimpin oleh kaisar
Constantinus III. Dengan kemenangan ini berarti kaum muslimin telah
menguasai kawasan Timur, Laut Tengah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar